Featured Post Today
print this page
Latest Post

Sejarah Ditemukannya Sepeda Motor

Sepeda motor kini mungkin menjadi salah satu alat trasportasi yang paling diminati di dunia khususnya di Indonesia. Coba kalian perhatikan di jalan raya, begitu banyak sepeda motor yang melintas atau yang sedang antre saat lampu merah sedang menyala.
Tahukah kalian darimana asalnya sepeda motor, siapa-siapa saja yang berperan dalam perkembangan sepeda motor dan bagaimana sejarahnya hingga sepeda motor masuk ke Indonesia?

Ada tiga orang yang diakui sebagai penemu sepeda motor yaitu, Ernest Michaux ( Perancis), Edward Butler (Inggris), dan Gottlieb Daimler (Jerman). Sepeda motor pertama kali dirancang pada tahun 1868 oleh Ernest Michaux berkebangsaan Perancis. Pada waktu itu,tenaga penggerak yang direncanakannya adalah mesin uap namun proyek ini tidak berhasil. Kemudian pada tahun 1885 Edward Butler mencoba menyempurnakannya dengan membuat kendaraan lain yang mempergunakan tiga roda dan digerakan dengan menggunakan motor dari jenis mesin pembakaran dalam.

Pada tahun 1885 seorang ahli mesin Jerman Gottlieb Daimler dan mitranya, Wilhelm Maybach menjadi perakit motor pertama kali di dunia. Daimler memasangkan mesin empat langkah berukuran kecil pada sebuah sepeda kayu. Mesin diletakkan di tengah (di antara roda depan dan belakang) dan dihubungkan dengan rantai ke roda belakang. Kemudian sepeda kayu bermesin itu diberi nama Reitwagen (riding car).

Pada waktu itu jenis kendaraan ini belum dikenal masyarakat banyak. Sampai pada tahun 1892, Henry Hilderband dari Munich, Jerman Barat memperkenalkan sepeda motor model baru. Dan disusul lagi oleh Werner Brothers pada tahun 1897. Sepeda motor pertama yang dijual untuk umum dibuat oleh pabrik sepeda motor Hildebrand und Wolfmüller di Muenchen, Jerman pada tahun 1893. Roda belakang sepeda motor ini digerakkan langsung oleh kruk as (crankshaft).

Pada tahun 1895 sepeda motor pertama kali masuk ke Amerika Serikat, tepatnya ke kota New York. Pada tahun yang sama, seorang penemu Amerika Serikat, EJ Pennington, di Milwaukee, mendemonstrasikan sepeda motor yang didesain sendiri. Pada akhirnya Pennington dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan istilah motorcycle (sepeda motor).

Pada tahun yang sama, Triumph, sebuah perusahaan pembuat sepeda di Inggris memutuskan untuk membuat sepeda motor. Empat tahun sesudahnya, 1902, perusahaan itu memproduksi sepeda motornya yang pertama namun masih menggunakan mesin dari Belgia. Kemudian pada tahun 1905, Triumph memproduksi sepeda motor secara utuh sendiri.

Tahun 1903, William S Harley dan sahabatnya, Arthur Davidson, memproduksi sepeda motor di Milwaukee, Amerika Serikat, dan menamakan sepeda motor itu Harley Davidson. Tahun 1904, perusahaan Amerika Serikat lain, Indian Motorcycle Manufacturing Company, yang berlokasi di Springfield, Massachusetts, muncul dengan sepeda motor Indian Single.

Kemudian sampai Perang Dunia I (1914-1918), perusahaan ini menjadi pabrik sepeda motor dengan produksi yang terbesar di dunia. Indian Motorcycle Manufacturing Company tutup pada tahun 1953 dan merek Indian diambil alih oleh Royal Enfield.

Setelah Perang Dunia I sampai tahun 1928, perusahaan yang memproduksi sepeda motor terbesar di dunia adalah Harley Davidson. Pada tahun 1921, sepeda motor BMW hadir dengan roda belakang yang digerakkan menggunakan koppel (shaft drive). Pada tahun 1930-an ada sekitar 80 merek sepeda motor di Inggris, di antaranya Norton, Triumph, AJS, dan merek-merek lainnya yang tidak begitu terkenal, seperti New Gerrard, NUT, SOS, Chell, dan Whitwood.

Perkembangan sepeda motor di Eropa, juga dipicu oleh Perang Dunia II (1939-1945), di mana sepeda motor dibuat untuk keperluan militer. Seusai Perang Dunia II, tahun 1946, desainer Italia, Piaggio, memperkenalkan skuter Vespa dan langsung menarik perhatian dunia.

Pada tahun 1949, Honda memproduksi sepeda motor dengan mesin dua langkah. Namun, suara mesin dua langkah yang berisik dan asap yang berbau tajam yang keluar dari knalpot membuat Honda mengembangkan mesin empat langkah.

Tahun 1951, BSA Group (Inggris) membeli Triumph Motorcycles dan menjadi produsen sepeda motor terbesar di dunia. Kemudian kedudukan BSA diambil alih oleh NSU (Jerman) tahun 1955. Namun, sejak tahun 1970-an hingga kini, Honda tercatat sebagai produsen sepeda motor terbesar di dunia.

Tahun 1952, Honda memproduksi sepeda motor bebek yang dikenal dengan nama cub. Kepopuleran sepeda motor jenis bebek ini membuat perusahaan sepeda motor asal Jepang lainnya seperti Kawasaki, Yamaha, dan Suzuki meniru model sepeda motor jenis bebek ini.

Sosok yang menarik, mesin yang handal dan mudah dirawat, serta harga yang bersaing membuat sepeda motor asal Jepang, yakni Honda, Suzuki, Yamaha, dan Kawasaki, sangat populer dan sampai kini mendominasi pasar sepeda motor dunia. Namun, nama-nama Harley Davidson tetaplah merupakan sepeda motor yang populer, terutama di Amerika Serikat. Demikian juga dengan BMW, Triumph, dan Ducati.

Sepeda motor pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1893. Sepeda motor tersebut dibeli oleh John C Potter, seorang masinis pertama pabrik gula Oemboel, Probolinggo, Jawa Timur. Ia memesan sendiri sepeda motor itu langsung ke pabriknya di Muenchen.

0 comments

Bentuk - bentuk Perangkat Komputer Jadul

1. Varian Data Machines 620L

Tahun 1966
Varian Data Machines ini merupakan salah satu divisi di Varian Associates yang menjajakan mini komputer. Mereka telah terjun ke pasar sejak 1966, salah satu produk andalan Varian Data Machines adalah seri 620L 100 yang dirilis pada tahun 1973. Komputer ini memiliki cycle time hingga 950 nanosecond. Harga dari komputer jadul ini mencapai USD 10 ribu.

2. MITS Altair 8800 S-100

MITS Ini Dia 5 Koleksi Komputer Jadul Berharga Mahal
Tahun 1975
Perangkat ini dikembangkan dengan basis Intel 8080 CPU dan Altair Basic dan merupakan produk pertama dari Microsoft. MITS Altair ini dikapalkan pada tahun 1975. Komputer ini dibeli oleh seorang kolektor yang tidak diketahui namanya di eBay dengan harga USD 5000. 

3. APPLE I

apple i Ini Dia 5 Koleksi Komputer Jadul Berharga Mahal
Tahun 1976
Apple I ini merupakan komputer yang telah berusia 36 tahun dan pada jamannya dulu di jual dengan harga USD 666,66.  Komputer ini merupakan produk pertama yang dikomersilkan oleh Apple dan dibuat pada tahun 1976 oleh salah satu pendiri Apple Steve Wozniak. Produk ini sangat terbatas karena konon hanya dijual ke 150 pelanggan dan saat ini hanya tersisa 50 unit saja.
Komputer Apple I ini dilelang dirumah lelang Christie London, diharapkan bakal laku dengan harga sekitar USD 79 ribu sampai dengan USD 125.500

4. IBM PORTABLE PC 5100

Tahun 1975

Model 5100 adalah pertama dari IBM microcomputer, yaitu tidak Mainframe,dan juga dianggap pertama di dunia komputer portabel. Meskipun beratnya 55 pounds, mungkin terbaik digambarkan sebagai “serbalengkap” yang terdapat pada “portable” saat itu.
Isi Dalam

Terdapat sedikit sekali komputer lain yang tersedia pada saat itu, danbahkan tidak ada yang dekat dengan kemampuan dari 5100. Ia adalah sistemyang sangat lengkap – dengan built-in monitor, keyboard, dan penyimpanandata. 5100 juga sangat mahal – sampai US $ 20.000 atau seharga RP 214,000 pada saat itu . 5100 yang dirancang khusus untuk profesional dan ilmiahmasalah-solvers, bukan bisnis atau pengguna hobbyists.

5. ROCKWELL AIM 65

Untuk biaya rendah prototip atau rendah sampai medium volume produksi,Rockwell menawarkan diperpanjang keluarga tingkat papan “blue collar”produk, mudah-desain dan diterapkan.
Tahun 1977
The AIM 65 (Tingkat lanjut berbasis R6500 Interaktif Microcomputer) adalahdi bawah $ 500 microcomputer, lengkap dengan keyboard, layar dan hard copy printer. Memiliki pilihan yang luas, banyak antarmuka dan perluasankemampuan.AIM 65 yang juga merupakan pengembangan sistem mini dengan harga yang paling evaluasi boards. Selain membuka papan biru-coller versi, AIM 65 yangtersedia di dalam kardus, lengkap dengan listrik, untuk digunakan sebagaiatas meja komputer.Apapun aplikasi Anda, alat untuk belajar, sistem evaluasi, atau industriController, sebuah blue-collar AIM 65 merupakan solusi ekonomis

6. IBM PORTABLE PC 5110

BM 5110 komputer ia adalah ‘bisnis versi’ yang asli IBM 5100 dari 3 tahun sebelumnya, yang dirancang terutama untuk mathematicians and engineers.
Tahun 1978
Sedangkan 5100 hanya tape drive untuk penyimpanan data dan aplikasi yangbaru 5110 yang baru sekarang mendukung IBM 5114 dual eksternal 8-inch floppy drive yang tidak hanya lebih cepat, tetapi masih banyak lagi memegang data.
Isi Dalam
Fitur-fitur baru dan bisnis yang berhubungan dengan perangkat lunakmenjadikan 5110 lebih bermanfaat dan menarik bagi usaha elite.

7. HEATHKIT H89

Mengikuti keberhasilan mereka Heathkit H8 dari komputer 1977, Heathkit yang dirilis Heathkit H89 “all-in-one” komputer pada akhir 1979.
Tahun 1979
Sistem ini tersedia baik sebagai sebuah kit yang akan dikumpulkan olehpembeli (model H89), atau sebagai dikumpulkan dan diuji sistem (model WH89), walaupun WH89 biaya $ 700 lebih.
Isi Dalam

Yang kedua adalah H89-tujuan umum terminal dan berkualitas tinggi komputer, terpisah dengan prosesor Z80 dan circuity untuk setiap fungsi.

8. APPLE LISA
 
apple lisa Ini Dia 5 Koleksi Komputer Jadul Berharga Mahal
Tahun 1980-an
Apple Lisa ini sangat bersejarah bagi Apple karena komputer ini merupakan pertama kali yang diciptakan oleh Steve Jobs dan Steve Wozniak pada awal tahun 1980-an. Pada zamannya dulu komputer ini dinilai sangat canggih dan dianggap sangat rumit karena terdapat proteksi pada memori, graphical user interface dan performa multitasking. Berdasarkan informasi dari Wikipedia harga original Apple Lisa ini mencapai USD 10 ribu tapi setelah dilelah di tahun 2011 lalu, harganya naik menjadi USD 15ribu.

9. OSBORNE 1

Dirilis pada tahun 1981 oleh Osborne Computer Corporation, Osborne 1 yang dianggap sebagai yang pertama benar portabel komputer – ia menutup-up untuk perlindungan, dan telah melakukan yang menangani. Bahkan memiliki pilihan paket baterai, sehingga tidak perlu terhubungkan pada outlet 110VAC untuk daya.
Tahun 1981
Sementara cukup revolusioner, Osborne yang tidak memiliki keterbatasan.Misalnya, layar hanya 5 “(diagonal) dalam ukuran, dan tidak dapatmenampilkan lebih dari 52 karakter per baris teks.
Isi Dalam

Untuk kompensasi, sebenarnya Anda dapat menggulir tampilan layar bolak-balik dengan tombol kursor untuk menampilkan baris teks hingga 128 karakter lebar.
 
10. CRAY T94
 
Cray T94 Ini Dia 5 Koleksi Komputer Jadul Berharga Mahal
Tahun 1995
Komputer Cray T94 ini pada zamannya dulu yaitu tahun 1995 dianggap sebagai super komputer dan memiliki peak speed 1.8 gigaflop per prosessor. Komputer ini memiliki tiga seri yaitu Seri T94, T916 dan T932. Dari ketiga seri tersebut yang paling mahal adalah T932 yang dihargai mencapai USD  39 juta. Sedangkan yang menjadi barang koleksi saat ini adalah Cray T94 yang dibanderol dengan harga USD 3000.

0 comments

Meluruskan Sejarah Maha Patih Gajah Mada

 Historyografi (Penulisan Sejarah) suatu bangsa merupakan kewajiban dari bangsa itu sendiri. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya. Ilmu sejarah itu dinamis, tidak statis.

Meskipun kedinamisan dalam ilmu sejarah itu lamban, dan bisa berubah apabila ditemukan bukti-bukti baru yang akurat. Tentu harus dengan kaidah Historyografi, yaitu : ilmiah – berdasarkan fakta bukan spekulasi, jujur tidak ada yang ditutupi dan netral terlepas dari kepentingan politik/agama tertentu.

Untuk menulis sejarah tidak bisa hanya dengan membaca buku-buku status quo, itu berarti merupakan pengulangan/saduran saja. Juga tidak cukup dengan kajian tesis sejarah dikampus dan seminar, tapi wajib riset di lapangan, observasi mencari situs tersembunyi, ekskavasi situs, dan bila perlu melakukan forensik.

Historyografi merupakan ilmu yang mulia. Bagi orang-orang beriman, bahkan Tuhan pun menulis sejarah dalam kitab-kitab suci melalui Nabi-Nabi Nya, yaitu Zabur, Taurat, Injil dan Al Quran. Sehingga, penulisan sejarah tokoh-tokoh yang tidak disukai orang banyak pun harus ditulis secara akurat.

Tuhan menjadikan Namrud, Qarun, Firaun dan lainnya sebagai monumen sejarah, agar menjadi pelajaran bagi manusia. Sejarah itu logis dan bisa dibuktikan keasliannya.

Sejak JLA Brandes, NJ Krom, dan JH Kern dari tahun 1902-1920 menulis sejarah bangsa kita, tentang Majapahit dan Sriwijaya secara sudut pandang Barat (Modern), banyak sejarahwan menulis puluhan buku tentang Majapahit. Namun tak ada satu pun yang berhasil mengungkap jatidiri tokoh besar Majapahit, Mahapatih Gajah Mada.

Sungguh aneh dan miris! Karena begitu besarnya nama Gajah Mada, tapi tidak diketahui asal usulnya? Sehingga meimbulkan spekulasi beberapa daerah yang mengklaim Gajah Mada berasal dari daerah mereka, tanpa di dasari oleh fakta yang akurat.

Gajah Mada berasal dari Desa Mada

Hal ini berbeda dengan folklore Mada (cerita rakyat Modo – Lamongan) yang telah berabad-abad lamanya diwariskan secara turun temurun, dengan detail menjelaskan jati diri Gajah Mada alias Jaka Mada (nama beliau saat masih kecil, diasuh oleh petinggi desa Mada sejak bayi, dilahirkan dari rahim Dewi Andong Sari-selir Raden Wijaya- ditengah hutan Cancing, Ngimbang).

Ketika kanak-kanak, Gajah Mada menjadi pengembala kerbau di desanya, bersama teman-temannya, ia sering melihat iring-iringan tentara Majapahit yang gagah-gagah sehingga timbul keinginan untuk menjadi prajurit Majapahit. Sekian ratus tahun folklor itu terpendam, dan baru budayawan Lamongan Viddy Ad Daery yang berani mengungkap dan mengangkat hal itu di forum nasional maupun Internasional, meski dengan resiko dikritik dan dicaci-maki oleh orang-orang yang picik visinya.

Perlu diketahui bahwa folklore Mada (Lamongan) terkait dengan folklor Badander (Jombang). Badander adalah desa kuno yang disebut oleh manuskrip kitab-kitab kuno sebagai tempat Gajah Mada menyembunyikan Prabu Jayanegara dari kejaran tentara pemberontak Ra Kuti. Desa Mada (Modo) dan desa Badander merupakan basis Gajah Mada (banyak teman masa kecilnya), dan letaknya tidak terlalu jauh dari ibukota Majapahit – Trowulan.

Ketika menginjak usia remaja, Jaka Mada diajak oleh kakek angkatnya yang bernama Ki Gede Sidowayah ke Songgoriti, Malang. Dari Malang itulah Jaka Mada meniti karier sebagai prajurit Majapahit, yang kelak beliau dikenal dengan nama Gajah Mada (Orang besar dari desa Mada). Berdasarkan folklore ini diduga Gajah Mada memang berasal dari desas Mada (Modo), Lamongan-Jawa Timur.

Namun folklore ini masih harus diperkuat dengan fakta akurat lainnya, tidak cukup hanya didukung oleh situs berupa Makam Ibunda Gajah Mada – Dewi Andong Sari.

Baru-baru ini tim riset Yamasta yang terdiri dari Viddy Ad Daery, Sufyan Al Jawi, dan Drs. Mat Rais telah menemukan fakta-fakta awal seputar asal usul Gajah Mada (baca berita Kompas.com = Budayawan Temukan Situs Makam Kerabat Gajah Mada). Pencantuman nama para peneliti merupakan tanggung jawab ilmiah, bukan cari popularitas ! Karena apabila hasil riset tersebut ternyata keliru, maka tim yang bersangkutan harus bertanggung jawab secara moril dengan pers rilis dan penelitian ulang.

Meluruskan Penulisan Sejarah

Sebagai arkeolog dan numismatis, sejak 1994 saya terbiasa meriset / menelaah sejarah dengan metode : Asli atau Palsu, untuk membedakan mana yang jurnal (catatan) sejarah, mana yang opini sejarah, dan mana yang sekedar mitos (dongeng). Komitmen kami yang bertajuk : Gajah Mada Bangkit Nusantara Berjaya, merupakan tanggung jawab besar. Maka niat lurus, kejujuran, netralitas dan akurasi fakta menjadi kewajiban kami.

Metode riset kami tidak hanya membahas sastra berupa manuskrip kuno dan folklore saja. Bukan sekedar bongkar pasang benang merah benda purbakala ! Tapi dilengkapi dengan metode forensik fisik, baik itu terhadap benda purbakala, maupun terhadap sisa-sisa jenazah (bila ditemukan) untuk memastikan usia kematian, dan rekontruksi wajah dari tokoh tersebut. Mirip seperti riset terhadap Mummy Firaun. Dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Selama ini buku-buku sejarah status quo banyak menyembunyikan fakta, hingga pengaburan tokoh-tokoh pelaku sejarah besar bangsa ini. Historyografi yang akurat justru menimbulkan dampak buruk bagi anak bangsa.

Misalnya : Peristiwa Perang Bubat, yang dieksploitasi oleh sejarawan kolonial Belanda memicu ketidak sukaan Suku Sunda terhadap Suku Jawa hingga hari ini. Begitu pula Peristiwa penyatuan Nusantara, yang dipelintir menjadi agresi Suku Jawa terhadap Suku-suku lain, padahal tidak ada satu negeripun yang dijajah oleh Majapahit.

Dan peristiwa Islamnya penduduk Majapahit yang dipelintir menjadi ‘pengkhianatan’ Walisongo terhadap Majapahit memicu ketidak sukaan kaum kejawen (kolot) terhadap ajaran Islam. Padahal sesungguhnya kaum kejawen ini ya Islam juga, tapi merupakan tinggalan “Islam Purba” zaman Nabi Sis, Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim sewaktu mereka di Nusantara ( teori dari Kelompok Ilmuwan Turangga Seta ). Maka,Nabi  Muhammad Rasulullah memang menyatakan diri “diutus menyempurnakan Islam”, bukan bikin agama baru!!!

Ironisnya buku sejarah yang tidak netral ini terus menerus di produksi dan mudah di jumpai di toko buku, perpustakaan, bahkan menjadi buku pengajaran di sekolah dan kampus. Sehingga dapat melahirkan generasi sinisme dan pemuja perpecahan. Maka wajar jika saat ini Nusantara terpuruk ! Tolong pikirkan, siapa yang berkeinginan agar bangsa asli pribumi Nusantara terpecah belah dan terpuruk terus menerus ???? Anehnya banyak orang yang menikmati dan tidak rela bila buku sejarah status quo direvisi, padahal buku sejarah bukanlah kitab suci!

Coba kita perhatikan fakta-fakta berikut ini:

Celengan kuno, berbentuk patung kepala terbuat dari tembikar yang dulu populer dibuat,  diperjualbelikan oleh penduduk Majapahit sebagai tabungan koin cash tembaga (koin Cina), kemudian hari oleh sejarawan diklaim sebagai potret / gambaran wajah Gajah Mada ?


Lukisan rekayasa Gajah Mada oleh Moh. Yamin yang mirip dengan wajah beliau. Lalu timbul spekulasi bahwa Gajah Mada berasal dari Minangkabau?

Karena ditemukannya beberapa Prasasti di aliran Sungai Berantas yang menyebut nama Gajah Mada, maka ada spekulasi bahwa Gajah Mada lahir di Malang. Padahal pencatuman nama pejabat pada Prasasti merupakan hal yang wajar. Seperti Prasasti Tugu yang mencantumkan nama Raja Tarumanegara, bukan berarti sang Prabu lahir di Tugu Cilincing Jakarta Utara ? Lagi pula tidak ada folklore Malang yang berkaitan dengan Gajah Mada.

Bahkan ada spekulasi radikal dari Bali (Kitab Usana Jawa) yang menyatakan bahwa Gajah Mada lahir dari buah kelapa yang pecah. Mirip dongeng Sun Go Kong (kera sakti) yang lahir dari batu.

Untuk mematahkan riset dan ingin membungkam sejarah, ada pihak yang ngotot bila Gajah Mada bukan dari desa Mada dan telah dibakar menjadi abu. Katanya Gajah Mada telah dicandikan (mana ada Sudra dicandikan ?), Mungkin maksud mereka adalah candi yang diresmikan oleh Gajah Mada ? Toh ketika Gayatri Rajapatni wafat, beliau yang notabene beragama Budha, di Hindukan oleh masyarakat Majapahit lewat pembuatan patung dan dicandikan. Kalaupun ternyata hasil riset membuktikan bahwa Gajah Mada telah jadi abu, tidak ada kerugian apapun bagi tim riset.

Menemukan Situs Purbakala yang Belum Terungkap

Tim Riset Yamasta berhasil menemukan situs-situs purbakala yang belum terungkap, seperti :

1. Situs Makam kerabat Gajah Mada di desa Modo

2. Situs Sendang dan tempat mandi Gajah Mada di desa Modo

3. Situs Prasasti Gondang di Sugio, Prasasti zaman Airlangga yang ditulis dengan huruf Arab Pegon (Jawi) dan huruf Jawa Kuno (Kawi). Sebelas tahn yang lalu, tulisan masih bisa terbaca. Karena terbengkalai, kena sinar Matahari dan hujan, maka tulisan menjadi hilang. Namun secara samar-samar bisa terlihat tulisannya saat terkena blitz cahaya tertentu.

4. Situs dusun Lukman Hakim (Lukrejo) di Kalitengah, Lamongan. Sebuah dusun yang disebut dalam Ying Yai Sheng Lan karya Ma Huan terbit 1416-1433. Dusun (kota baru ?) letaknya dekat dengan Bengawan Solo, aliran Bengawan Jero (Sungai Purbakala). Dusun ini memiliki pertahanan Parit Andalusia (Parit air yang mengitari dusun, lebarnya 8-10 m, dibentengi dengan pagar hidup pohon bambu). Pintu keluar masuk hanya satu, 3 (tiga) pos jaga, dibangun dan dihuni oleh 3 (tiga) golongan, yaitu : Muslim Jawa, Cina suku Tang Muslim dan Hindu Budha Jawa.

5. Situs Bawanmati di Pringgoboyo, lokasi tambangan kapal-kapal asing dan Bea Cukai Majapahit (No.1-5 berada di Lamongan).

6. Situs Pagar Banon di desa Badander, Jombang.

Semua situs tersebut diduga merupakan benang merah asal usul Gajah Mada yang harus diungkapa secara ilmiah dengan teliti dan hati-hati. Apapun hasil riset yang ditemukan, masih harus diuji dan dipresentasikan dengan lapang dada.

0 comments

Kesehatan Dalam Pandangan Islam

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Maa’idah, 5: 3).

Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat. 

“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman: 

”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57). 

Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan. 

A.Kebersihan, membersihkan dan menyucikan diri 

1. Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah. 

2. Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan “, dan ” Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur.” 

3. Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi. 

4. Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: “Tutuplah bejana air dan tempat minummu ” 

5. Rumah: “Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu” sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: “Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah.” 

6. Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan. 

Perintah-perintah Rasulullah SAW tersebut di atas memiliki makna bahwa kita harus menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari berbagai infeksi saluran pencernaan. 

B.Penanggulangan dan penanganan epidemi penyakit 

1. Karantina penyakit: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra ” 

2. Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar penanganan dan penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera dan cacar), “Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya.” 

3. Islam menganjurkan umatnya melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi. 

C. Makanan 

1. Makanan yang diharamkan.

Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 2. Al Baqarah, 2:173 )

Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.). 

2. Makanan sehat dan halal:

Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang baik dan halal, misalnya daging, ikan, madu dan susu. Makanan-makanan yang baik dan halal bermanfaat bagi tubuh. Islam menolak paham vegetarian. Pola konsumsi yang hanya tergantung pada jenis sayuran belaka tidak sehat bagi tubuh karena kebutuhan protein tidak dapat tercukupi hanya dari konsumsi sayuran saja. 

3. Menjaga perilaku muslim ketika makan:

Islam menegaskan kepada orang muslim untuk menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa “perut adalah seburuk-buruk tempat untuk diisi”. Sebagian besar penyakit bersumber dari perut. Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya :

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS 4. An Nisaa’ : 79) 

D. Olahraga 

Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda. 

E. Kesehatan seksual 

Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam menolak pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama seseorang untuk bertindak. 

1. Pendidikan seksual 

2. Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang baik dan berakhlaq mulia. 

3. Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar mencapai kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah. 

4. Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan binatang. 

5. Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki 

6. Islam membolehkan kaum pria untuk berpoligami untuk menghindari perzinahan, namun dengan syarat-syarat tertentu . 

7. Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid, berhubungan badan melalui dubur dan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah selesai datang bulan. 

F. Kesehatan jiwa 

Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin. Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan badan. 

G. Puasa 

Puasa, bagian dari ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan agama, sesudah pernyataan imannya. Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan perintah puasa. Betapa pentingnya berpuasa sehingga Allah menempatkan posisi hamba-Nya yang berpuasa dengan posisi yang istimewa. ”Puasa itu untuk-Ku. Tidak ada yang tahu. Dan Aku akan memberi pahala semau-Ku.”

Keistimewaan itu sudah barang tentu ada tujuan Allah agar mendapatkan hikmah pada dirinya, yaitu kesehatan dan sekaligus kebahagiaan. Janji Allah diberikan kepada orang yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: ”Berpuasalah maka anda akan sehat.” Dengan berpuasa akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial. 

1. Manfaat bagi Kesehatan Badan (jasmani). 

Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul ”Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam” oleh Dr Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan puasa sangat berguna bagi kesehatan. Antara lain: 

• Puasa memperkecil sirkulasi darah sebagai perimbangan untuk mencegah keluarnya keringat dan uap melalui pori-pori kulit serta saluran kencing tanpa perlu menggantinya. Menurutnya curah jantung dalam mendistribusikan darah keseluruh pembuluh darah akan membuat sirkulasi darah menurun. Dan ini memberi kesempatan otot jantung untuk beristirahat, setelah bekerja keras satu tahun lamanya. Puasa akan memberi kesempatan pada jantung untuk memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya. 

• Puasa memberi kesempatan kepada alat-alat pencernaan untuk beristirahat setelah bekerja keras sepanjang tahun. Lambung dan usus beristirahat selama beberapa jam dari kegiatannya, sekaligus memberi kesempatan untuk menyembuhkan infeksi dan luka yang ada sehingga dapat menutup rapat. Proses penyerapan makanan juga berhenti sehingga asam amoniak, glukosa dan garam tidak masuk ke usus. Dengan demikian sel-sel usus tidak mampu lagi membuat komposisi glikogen, protein dan kolesterol. Disamping dari segi makanan, dari segi gerak (olah raga), dalam bulan puasa banyak sekali gerakan yang dilakukan terutama lewat pergi ibadah. 

2. Manfaat bagi Kesehatan Rohani (Mental). 

Perasaan (mental) memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Mendapat rasa senang, gembira, rasa puas serta bahagia, merupakan tujuan bermacam-macam ikhtiar manusia sehari-hari. Bila seseorang menangani gangguan kesehatan, tidak boleh hanya memperhatikan gangguan badaniah saja, tetapi sekaligus segi kejiwaan dan sosial budayanya. Rohani datang dari Allah, maka kebahagiaan hanya akan didapat apabila makin dekat kepada pencipta-Nya. 

Di dalam bulan puasa disunahkan untuk makin berdekat diri dengan Allah SWT baik lewat shalat, membaca Alquran, zikir, berdoa, istighfar, dan qiyamul lail. Selama sebulan secara terus-menerus akan membuat rohani makin sehat, jiwa makin tenang. Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, makin yakin bahwa semua yang ada datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya jua. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah antara lain: 

”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS:Al Baqarah 45). 

”Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali merugi.” (QS:Al-Isra’ 82) 

”Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS:Ar-Ra’d 28). 

”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”(QS:Al Fajr 27-30). 

3. Manfaat Puasa bagi hubungan sosial. 

Dalam mengajarkan nilai ibadah itu adalah terwujudnya keseimbangan antara cinta kepada Allah dan cinta kepada manusia. Demikian juga nilai ibadah puasa, tidak hanya terjalinnya hubungan yang semakin dekat kepada Allah, tetapi juga semakin dekat dengan sesamanya. Makin seringnya beribadah bersama, bersama keluarga, tetangga, dan masyarakat sekeliling, maka makin kenal akan sesamanya, makin menyadari kebutuhan hidup bermasyarakat. Makin timbul keinginan berbagi rahmat bersama-sama di dunia dan makin ingin bersama-sama masuk surga. Pahala nilai shodaqoh berlipat ganda termasuk memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa. Menyakiti hati orang lain dan aneka gangguan terhadap sesamanya sangat dianjurkan untuk ditinggalkan. Kalau tidak maka nilai puasa seseorang sangatlah rendah. Hal ini dijelaskan di dalam firman Allah SWT: 

”Hai orang-orang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafa’at. Dan oang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”(QS:Al Baqarah 254) 

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”(QS:Al Hujurat 10) 

”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya langit dan bumi dan disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang bebuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”(QS Al Imran 133-135). Wallahualam.

0 comments

Sejarah Ditemukannya Candi Borobudur Pertama Kali

Candi Borobudur pertama ditemukan

Candi Borobudur merupakan salah satu dari 7 keajaiban yang ada didunia. Sebuah bangunan misterius yang pernah hilang dimakan amukan letusan Gunung Merapi dan kembali ditemukan pada tahun 1814 oleh penjajah Belanda.
Candi Borobudur dimasa lalu


Candi Borobudur Terkubur Lahar Merapi

Beberapa ahli mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingi rawa kemudian terpendam yang disebabkan oleh letusan gunung Merapi.

Sejarah ditemukannya Candi Borobudur

Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan "amawa" yang berarti lautan susu. Kata tersebutlah yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun lahar dingin Gunung Merapi. Desa - desa disekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Kanurejo terdapat aktivitas warga yang membuat kerajinan. Selain itu, puncak Watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandang Borobudur dari ketinggian. Gempa yang terjadi ditanggal 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak pada Candi Borobudur, sehingga bangunan tersebut masih dapat dikunjungi. 
Meletusnya Gunung Merapi diduga sebagai penyebab utama diterlantarkannya Borobudur


 Sejarah Ditemukannya Candi Borobudur

Reruntuhan Candi Borobudur Sebelum Dipugar
Setelah perang Inggris - Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan artefak - artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.
Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di stupa utama. Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong.


Foto pertama Borobudur oleh Isidore van Kinsbergen (1873) setelah monumen ini dibersihkan dari tanaman yang tumbuh pada tubuh candi. Bendera Belanda tampak pada stupa utama candi.

Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian. Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi Belanda, Isidore van Kinsbergen.

Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup lama Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri, penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha adalah bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen. Akibatnya, pemerintah menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini; laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan.

Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara dengan chattra (payung) susun tiga.
Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda cinderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia Belanda (kini Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapala yang pernah berdiri di Bukit Dagi — beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional Bangkok.
 

3 comments

SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR

Konon, Seorang ulama Islam, bernama Syeh Abdul Jalil, datang ke Jawa dan bermukim di Bukit Amparan Jati ( Daerah Cirebon sekarang ). Disana, beliau bertemu dengan Syeh Dzatul Kahfi, seorang ulama sepuh yang sudah lama menetap di Bukit Amparan Jati. Ulama sepuh inilah guru dari Pangeran Walang Sungsang dan Dewi Rara Santang, putra-putri dari Prabhu Silih Wangi, Raja Pajajaran.
1 comments

SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 2)

Nama besar Syeh Siti Jenar berkumandang keseluruh wilayah Majapahit dan Pajajaran. Bukan hanya penganut Islam, para pemeluk agama Hindhu dan Buddha-pun sangat menghormati beliau. Sunan Kalijaga sering bertandang ke Pesantren Krendhasawa. Kedua tokoh ini, ibarat kakak adik yang tidak bisa dipisahkan.
Kedekatan dua tokoh besar yang sangat disegani oleh seluruh masyarakat Majapahit, sangat merisaukan Dewan Wali Sangha. Apalagi ketika dua tokoh itu, mengumandangkan ajaran Islam yang mengakui segala persamaan dengan agama lain, Dewan Wali sedikit berang. Dewan Wali Sangha masih menganggap Islam adalah segala-galanya, tidak bisa disamakan dengan agama lain.
Dan ketika Sunan Giri mendengar Syeh Siti Jenar mengajarkan esensi Islam yang sesungguhnya tidak berbeda dengan esensi agama lain, maka diutuslah duta untuk memanggil beliau agar menghadap ke Giri Kedhaton.
Syeh Siti Jenar sengaja mengeluarkan ucapan yang sangat dalam, ucapan esensial kepada kedua utusan Sunan Giri, untuk mencoba mereka, apakah mereka juga telah mendapatkan wejangan serupa dari Sunan Giri? Ternyata, kedua utusan masih mentah. Masih bengong dan kebingungan. Jelas sudah, Dewan Wali Sangha hanya mengajarkan kulit luar Islam. Kulit luar yang akan memicu perpecahan, memicu ego spiritual, memicu sikap eksklusifisme, karena bagaimanapun juga, pada tataran ‘kulit’, pastilah akan tampak perbedaan yang mencolok.Jika tidak didalami, jika tidak ditingkatkan lagi, mereka akan terjebak, terjebak pada kulit semata. Ini bisa menyesatkan. Namun, malahan Syeh Siti Jenar yang dianggap sesat. Menggelikan.
Mendengar Syeh Siti Jenar mengucapkan kata-kata yang sangat tinggi kepada kedua ulama utusan Sunan Giri, Sunan Kalijaga segera bertandang ke Cirebon. Beliau menanyakan kebenaran berita itu. Dan Syeh Siti Jenar membenarkannya. Sunan Kalijaga menasehati, agar berhati-hati mengeluarkan ucapan, karena para pengikut PUTIHAN, banyak yang masih terjebak kulit. Mereka tidak memahami esensi Islam. Dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah bagi diri Sang Syeh. Namun Syeh Siti Jenar menjawab itu semua memang beliau sengaja untuk menyentil Sunan Giri. Syeh Siti Jenar tahu, Sunan Giri paham akan ucapan beliau, dan Syeh Siti Jenar ingin melihat reaksi pemimpin Dewan Wali Sangha itu.
Kedua utusan Sunan Giri telah sampai di Giri Kedhaton. Keduanya menghadap Sunan Giri dan kisahpun berlanjut seperti dibawah ini :

Kinanthi

Makaten wiraosipun,
Heh sira dhuta kekalih,
Ingsun mengko tinimbalan,
Ing ngarsa Jeng Sunan Giri,
Matura yen ora ana,
Kang ana Pangeran Jati.
Sakala kawula rengu,
Paran kang dados pamanggih,
Dene ngaken Pangeran,
Ulun nunten den wangsuli,
Sira iku mung saderma,
Ngaturake ala becik.
Wau sapamyarsanipun,
Legeg Jeng Susuhunan Giri,
Jaja bang mawinga-winga,
Kadya age den tedhaki,
Rinapa pra auliya,
Dhuh Sang Ambeg Wali Mukmin.
Den sabar penggalihipun
Inggih katandha rumiyin,
Kekencengane ing tekad,
Gampil pinanggih ing wingking,
Yen sampun kantenan dosa,
Kados boten makalahi.
Leleh ing penggalihipun,
Myarsa sabdaning Pra Wali,
Jeng Sunan Ing Giri Gajah,
Dhuta kinen wangsul malih,
Animbali Syeh Lemah Bang,
Ujare kinen nuruti.
Jangji seba ngarsaningsun,
Ujare ywa mindho kardi,
Dhuta lajeng nembah mesat,
Sampun prapta ing Siti Brit,
Panggih lawan Syeh Lemah Bang,
Nandukken dennya tinuding.
Mring Sunan Giri Kedhatun,
Pangeran dipun timbali,
Sarenga salampah kula,
Pangeran Siti Jenar angling,
Mengko Pangeran tan ana,
Kang ana Syeh Siti Brit.
Dhuta tan sawaleng wuwus,
Sarehning sampun wineling,
Inggih mangkya Syeh Lemah Bang,
Kang wonten dipun timbali,
Ngandika Syeh Siti Jenar,
Pangeran tan amarengi.
Awit Syeh Lemah Bang iku,
Wajahing Pangeran Jati,
Nadyan sira ngaturana,
Ing Pangeran Kang Sejati,
Lamun Syeh Lemah Bang ora,
Masa kalakona yekti.
Dhuta ngungun lajeng matur,
Inggih kang dipun aturi,
Pangeran lan Syeh Lemah Bang,
Rawuha dhateng ing Giri,
Sageda musyawaratan,
Lan sagunging Para Wali.
Pangran Siti Jenar nurut,
Lajeng kering dhuta kalih,
Praptane ing Giri Gajah,
Pepekan kang Para Wali,
Pangeran Ing Siti Jenar,
Anjujug Jeng Sunan Giri.
Lajeng ingandika arum,
Bageya Pangeran kang prapti,
Rawuhe ing ngarsaningwang,
Pangeran Siti Jenar angling,
Dhuh Pukulun sama,
Sama tumeka suka basuki.
Jeng Sunan ngandika arum,
Marma sanak sun aturi,
Kasok karoban ing warta,
Yen andika teki-teki,
Makiki nangkar Ilmu Khaq,
Dadi paguron sabumi.
Ngasoraken Wali Wolu,
Mandar bawa Imam Suci,
Datan asuci Jumungah,
Saestu ngong anjurungi,
Pira-pira sira bias,
Alim ngelem Para Wali.
Pangeran Siti Jenar matur,
Nggen amba purun mbawani,
Medhar Gaibing Pangeran,
Awit Allah sipat Asih,
Asih samining tumitah,
Saben titah angranggoni.
Nganggowa ugering ilmu,
Kang abuntas den atitis,
Sampun ngantos selang sebat,
Mindhak abebingung piker,
Amet ansar dadi sasar,
Karana kurang baresih.
Pedah punapa mbebingung,
Ngangelaken ulah ilmi,
Jeng Sunan Giri ngandika,
Bener kang kaya sireki,
Nanging luwih kaluputan,
Wong wadeh ambuka wadi.
Telenge bae pinulung,
Pulunge tanpa ling-aling,
Kurang waskhitha ing cipta,
Lunturing Ilmu Sejati,
Sayekti kanthi nugraha,
Tan saben wong anampeni.
Pangran Siti Jenar matur,
Paduka amindho kardi,
Ndadak amerangi tatal,
Tetelane ing dumadi,
Dadine saking nugraha,
Punapa boten ngalami.
Sunan Giri ngandika rum,
Yen kaya wuwusireki,
Tan kena den nggo rerasan,
Yen ngebreh amedhar wadi,
Pangeran ora Kuwasa,
Anane tanpa ling-aling.
Endi kang ingaran Luhur,
Endi kang ingaran Gaib,
Endi kang ingaran Purba,
Endi kang ingaran Bathin,
Endi kang ingaran Baqa’,
Endi kang ingaran Lathif.
Endi kang ingaran Besus,
Endi ingaran Birahi,
Yen Baqa’ mbabar walaka,
Bakal bubur tanpa bibit,
Mangka Pangeran Kang Nyata,
Ora kena den rasani.
Pan Ora kena dinumuk,
Anane wahana Gaib,
Matur Pangran Siti Jenar,
Sedya purun amabeni,
Bantahan masalah rasa,
Sinapih kang Para Wali.
Dhuh sanak sekalihipun,
Ywa tansah aben prang sabil,
Prayogi kanyatakena,
Wonten ing nggon kang asepi,
Samun sepen sepi hawa,
Sarahsa saged anunggil.
Wonten kawekasanipun,
Yen mukid yekti karadin,
Jeng Sunan Ing Giri Gajah,
Wrin kedhaping sambaing liring,
Sabdaning Pra Auliya’,
Lajeng angandika aris.
Heh Syeh Lemah Bang,
Sireku aja pijer madoni,
Besuk ing ari Jumungah,
Padha musyawaratan batin,
Yekti katandha kanyata,
Lelere asmareng ilmi.











Lanjut Bagian 3

Terjemahan

(Kata sang duta), Begini jawaban beliau,Hai kalian para duta berdua,
Aku dipanggil menghadap,Dihadapan Sunan Giri,Katakan bahwasanya aku tidak ada,Yang ada PANGERAN JATI (TUHAN YANG SESUNGGUHNYA).
Seketika hamba berdua terkejut, Bagaimana bias berpikiran demikian, Mengaku sebagai PANGERAN (TUHAN),Hamba lantas diberi jawaban, Kalian berdua hanya sekedar utusan, Kewajibannya hanya menyampaikan saja.
Setelah mendengar hal tersebut, Tertegun Jeng Susuhunan Giri, Dada bergemuruh membara,Tidak sabar ingin menemui Syeh Siti Jenar sendiri, Para Auliya (Wali) menyabarkan,Duh yang menjabat sebagai Wali Mukmin ( Wakil para orang-orang beriman ).
Mohon sabarkan hati, Seyogyanya dibuktikan dulu, Apa maksud Syeh Siti Jenar berkata demikian, Gampang memberikan keputusan hukuman kelak, Apabila sudah jelas dosa (kesalahan)-nya, (Dan jika memang sudah terbukti ) tidak menjadi soal lagi untuk menjatuhkan sangsi.
Reda kemarahan (Sunan Giri),Mendengar sabda Para Wali, (Oleh) Jeng Sunan Giri Gajah, Utusan disuruh kembali lagi, Memanggil Syeh Lemah Bang, Apapun yang dikatakan supaya dituruti.
Asalkan bias menghadap kepadaku (Sunan Giri), Jangan sampai mengulang kegagalan, Utusan lantas menghaturkan sembah dan berangkat, (Telah) sampai di Siti Brit, Bertemu dengan Syeh Lemah Bang, (Lantas) menghaturkan maksud mereka diutus kembali.
Oleh Sunan Giri Kedhaton, PANGERAN (TUHAN) dipanggil menghadap, Berangkatlah bersama kami, Pangeran Siti Brit menjawab, Saat ini PANGERAN tidak ada, Yang ada Syeh Siti Brit.
Para utusan tidak membantah perkataan lagi, Karena sudah diwanti-wanti (oleh Sunan Giri), Jikalau sekarang yang ada Syeh Lemah Bang, Syeh Lemah Bang dipanggil menghadap, Berkata Syeh Siti Jenar, PANGERAN (TUHAN) tidak membolehkan.
Sebab Syeh Lemah Bang itu, Wajah Tuhan Yang Sesungguhnya, Walaupun engkau memohon, Kepada Tuhan Yang Sesungguhnya, Namun apabila tidak memohon kepada Syeh Lemah Bang, Sungguh tidak akan terlaksana.
Para utusan terheran-heran lantas berkata, Sesungguhnya yang diharapkan, PANGERAN (TUHAN) dan Syeh Lemah Bang, Bertandang ke Giri, Untuk bermusyawarah dengan segenap Para Wali.
Pangeran Siti Jenar menurut, Dengan diiringi kedua utusan beliau berangkat, Sesampainya di Giri Gajah, Para Wali sudah menanti, Pangeran Siti Jenar, Menghadap Jeng Sunan Giri.
Lantas ( Sunan Giri ) menyambut dengan berkata ramah, Semoga senantiasa sejahtera kepada Pangeran (Siti Jenar), Yang tengah datang dihadapan kami ini, Pangeran Siti Jenar menjawab, Duh yang hamba hormati sama-sama, Sama-sama semoga mendapatkan kebahagian dan keselamatan.
Jeng Sunan (Giri) berkata manis, Sebab mengapa saudaraku aku undang kemari, (Sebab) sangat santer terdengar, Apabila saudaraku tengah ber-olah batin, Mengajarkan Ilmu Khaq ( Ilmu Sejati ), Mendirikan sebuah perguruan (yang sangat terkenal) dimuka bumi.
Mengalahkan Para Wali yang lain, Memegang jabatan sebagai Imam Suci, Kesucian hari Jum’at-pun seolah tertandingi, Benar-benar kami mendukung, Apa saja yang saudaraku kerjakan, Para Wali menyanjung-nyanjung.
Pangeran Siti Jenar berkata, Sebab mengapa hamba berani, Membuka Gaib Tuhan, Sebab Allah bersifat KASIH, KASIH kepada semua makhluk, Setiap makhluk mendapatkannya.
(Hamba hanya ingin) mengajarkan ilmu sesuai dengan ketentuan, Secara lengkap dan gamblang, Jangan sampai asal-asalan, (Sehingga) membuat kebingungan para murid, Memakai ‘kulit’ (syari’at) berlebihan malah akan menyesatkan, Sebab apa yang diajarkan kurang jelas.
Apa untungnya membuat bingung, Mempersulit mereka yang menimba ilmu (Sejati), Jeng Sunan Giri berkata, Benar apa yang kamu katakan, Akan tetapi sangat-sangat dipersalahkan, Manusia yang sembrono membuka rahasia.
Hanya mengambil inti sari, Inti sari diambil tanpa memakai ‘kulit’ apapun, (Hal) itu akan membuat kurang tajam kecerdasan para murid, Turunnya Ilmu Sejati, Sungguh harus disertai anugerah, Tidak setiap orang boleh menerima.
Pangeran Siti Jenar menjawab, Perkatan paduka bertolak belakang (inkonsisten), Seperti hendak menghitung serpihan-serpihan kayu sisa digergaji (artinya : merepotkan), Bukankah sesungguhnya seluruh makhluk, Tercipta karena anugerah, Apakah tidak menyadari?
Sunan Giri berkata manis, Apa yang kamu ucapkan (kepada kedua utusan), Tidak boleh dibuat percakapan, Apabila lancang membuka rahasia, (Maka seolah-olah) Tuhan tidak Maha Kuasa, Keberadaan-Nya seolah-olah tidak rahasia.
Maka seakan-akan tidak ada lagi konsep Keluhuran, Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Gaib, Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Berkuasa, Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Rahasia, Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Kekal, Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Halus.
Maka seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Cerdas, Ujung-ujungnya etika moral juga akan rusak, Apabila Maha Kekal ( Al-Baqa’: Bhs. Arab) menjadi Walaka ( Bhs. Sanskerta, yang artinya umum, lumrah, remeh.), Bakalan bubar tanpa benih, Padahal Tuhan Yang Sesungguhnya, Tidak bisa dibuat percakapan.
Tidak bisa diraba dengan tangan kasar, Keberadaannya berada diranah Gaib, Berkata Syeh Siti Jenar, Hendak berniat berdebat tentang Ilmu Rasa ( Ilmu Sejati), (Namun) dilerai oleh Para Wali.
Duh kedua saudaraku, Jangan terus-terusan berdebat, Seyogyanya dinyatakan sendiri ( Hakikat Tuhan itu ), Ditempat yang sepi, Yaitu maksudnya sepinya diri dari hawa nafsu, Dalam kondisi seperti itu pasti akan nyata kesatuan-Nya dengan kita.
Hal ini bisa dicapai, Apabila kita benar-benar telah berpasrah total, Jeng Sunan Giri Gajah, Melihat isyarat leraian, Melalui ucapan Para Auliya’, Lantas berkata lirih.
Heh Syeh Lemah Bang, Jangan hanya bisa membantah, Nanti pada hari Jum’at, Datanglah lagi untuk bermusyawarah tentang Ilmu Bathin, Pasti akan kelihatan nyata, Siapa yang benar-benar memahami Ilmu Sejati.


0 comments

SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 3)

Ucapan Syeh Siti Jenar sangat besar dampaknya bagi image beliau. Kubu PUTIHAN semakin getol menghakimi kubu ABANGAN.
Sesungguhnya memang apa yang diucapkan beliau, terlalu tinggi untuk didengar oleh mereka-mereka yang baru saja mengenal spiritualitas. Namun, pada hakikatnya, memang benarlah apa yang beliau ucapkan.
Siapakah DIA YANG TAK TERBAYANGKAN itu? Siapakah RUH manusia itu? Sesungguhnya tiada beda. Ibarat udara yang terkurung dalam sebuah karet sintetis mainan anak-anak yang biasa disebut Balon, dengan udara bebas yang ada ditempat terbuka. Apakah kita bisa membedakannya? Sebuah karet sintetis yang bernama Balon, ibarat Suksma Sariira ( Badan Halus) dan Sthula Sariira (Badan Kasar) manusia. Dan udara yang terkurung didalamnya ibarat Atma Sariira ( Ruh ). Dan udara yang ada ditempat terbuka adalah Brahman itu sendiri.
Suksma Sariira dan Sthula Sariira, keduanya adalah produk Prakrti, produk Alam, yang muncul karena diadakan, karena diciptakan. Dan sesuatu yang diadakan, diciptakan dari ketiadaan, pasti akan memiliki limitasi, memiliki batas kegunaan. Dan pada saatnya, pasti akan berakhir. Oleh karenanya, kedua produk ini disebut produk Maya, produk khayalan, produk fana.
Sedangkan Atma Sariira (Ruh), tidak diciptakan. Tidak diadakan. Dari dulu ada, sekarang dan sampai selamanya. Atma Sariira adalah bagian yang tak terpisahkan dari Brahman. Apabila Atma Sariira masih terbelenggu oleh Suksma Sariira dan Sthula Sariira, tampaklah ia sebagai MANUSHA. Namun, apabila Atma Sariira ( Ruh ) telah lepas dari belenggu Suksma Sariira dan Sthula Sariira, maka apakah bisa dibedakan lagi mana Atman mana Brahman? Keduanya sudah MENYATU LAGI. Sudah MANUNGGAL lagi. Inilah MANUNGGALING KAWULA GUSTI!.
Setiap kali Syeh Siti Jenar berdzikir dgn sendirinya beliau menangkap suara dzikir yg berbunyi lain. Subhani, Alhamdu li, La ilaha illa ana wa ana al-akbar, fa’budni (Maha Suci Aku, segala puji untuk- Ku, tiada Tuhan selain Aku, Maha besar Aku, sembahlah Aku). Walaupun telinga beliau mendengarkan orang di sekitarnya membaca dzikir Subhana Allah, Al-hamduli Allahi, La ilaha illa Allah, Allahu Akbar, fa’buduhu, namun suara yg di dengar sebaliknya, sebagai esensi bunyi hadist : “Man ‘arafa Nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu” ( Siapa yang mengenal Diri Sejatinya, sungguh dia telah tahu siapa Tuhannya). Dan Syekh Siti Jenar semakin memahami makna hadist Nabi Muhammad yang berbunyi : “Al-Insan sirri wa Ana sirruhu” (Manusia adalah Rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya).
Apabila sudah mencapai puncak spiritualitas seperti ini, apabila sudah mencapai maqam (tingkat) Tajjali ( Allah terlihat nyata) seperti ini. Maka, bisakah kita membedakan mana Jesus mana Bapa? Bisakah kita membedakan mana Siddharta Gautara mana Buddha? Bisakah kita membedakan mana Krishna mana Bhagavan? Bisakah kita membedakan mana Syeh Siti Jenar mana……………………………..Mengapa kita bertengkar? Mengapa kita saling merasa paling benar? Dan yang merasa paling benar adalah mereka yang baru mempelajari kulit Islam, kulit Hindhu, kulit Buddha dan kulit Kristen. Mereka belum menemukan ‘Puncak Kesadaran’ yang seharusnya mereka cari. Yang menjadi tujuan pengajaran Krishna, Buddha, Jesus dan Muhammad. Mereka mengajarkan semua manusia untuk itu, bukan mengajarkan kulit luar yang berbeda-beda. Kulit luar hanya sekedar metode. Kulit luar hanya sebuah alat, sebuah sarana, untuk mencapai tujuan ini! Sadarlah!
Maka, bila Syeh Siti Jenar yang telah mampu melampaui belenggu Suksma Sariira ( Nafs ) dan Sthula Sariira ( Jasad ), walaupun nampaknya Atma ( Ruh ) beliau masih terkurung oleh kedua produk fana, produk Maya ini, namun sesungguhnya Ruh beliau telah MENYATU lagi dengan Maha Ruh, yang dulu pernah meniupkan Ruh itu kedalam Nafs dan Jasad! Dalam Nafs atau Suksma Sariira beliau, hanya tersisa Nafs Muthmainnah ( Badan halus yang tenang ) atau Guna Sattva ( Watak suksma sariira yang stabil). Mengapa kita jadi terkecoh hanya karena beda istilah? Dari metode Islam, disebut Nafs Muthmainnah. Dari metode Hindhu disebut Guna Sattva. Apanya yang beda? Kecuali kalimatnya semata. Kecuali kulit luar yang berupa kata-kata semata. Sedangkan esensinya, SAMA! Maka, inilah yang saya maksud JANGAN TERJEBAK METODE! JANGAN DIPERBUDAK METODE! KARENA JIKA ANDA TERJEBAK! ANDA AKAN TERSESAT!
Kisah Syeh Siti Jenar-pun, berlanjut seperti dibawah ini :

Asmaradana

Syeh Lemah Bang nayogyani
Prapta ing ari Jumungah,
Nuju Ramadlan wulane,
Marengi tanggal ping lima,
Kumpule Pra Auliya’,
Anedheng kalaning dalu,
Ngrakit papan kang prayoga.
Sakehing Para Wali,
Samya paguneman Rahsa,
Ing Giri Gajah enggone,
Akarsa musyawaratan,
Ing bab masalah tekad,
Den waspada ing Hyang Agung,
Wajib sami nyatakena.
Kang samya angulah ilmu,
Lamun bijaksaneng driya,
Dadi wijang sayektine,
Tan beda lan puruhita,
Mungguh Rahsaning rasa,
Pralambanging pasang semu,
Tan liyan saking punika.
Nadyan akeh kang wewisik,
Wosing wasana wus ana,
Mung kari met pratikele,
Ing sawurira pepekan,
Kangjeng Sinuhun Benang,
Ingkang miwiti karuhun,
Lan Sunan Kalijaga.
Sunan Cirebon lan kang rayi,
Padha nerang Syeh Lemah Bang,
Lan Sunan Majagung-e,
Suhunan Ing Banten,
Lawan Suhunan Giri Gajah,
Samya agunem ing ilmu,
Jenenge masalah tekad.
Jeng Sinuhun Ratu Giri,
Amiwiti angandika,
He sanak manira kabeh,
Pratingkahe wong makripat,
Aja dadi parbutan,
Dipun sami ilmunipun,
Padha peling pinelingan.
Wong wewolu dadi siji,
Aja na kang kumalamar,
Dipun rujuk ing karepe,
Den waspada ing Pangeran,
Nenggih Sinuhun Benang,
Ingkang miwiti karuhun,
Amedhar ing pangawikan.
Ing karsa manira iki,
Iman tokid lan makripat,
Weruh ing kasampurnane,
Lamun masiha makripat,
Mapan durung sampurna,
Dadi batal kawruhipun,
Pan maksih rasa rumasa.
Sinuhun Benang ngukuhi,
Sampurnane wong makripat,
Suwung ilang paningale,
Tan ana kang katingalan,
Iya jenenging tingal,
Manteb Pangeran Kang Agung,
Kang anembah kang sinembah.
Pan karsa manira iki,
Sampurnane ing Pangeran,
Kalimputan salawase,
Tan ana ing solahira,
Pan ora darbe seja,
Wuta tuli bisu suwung,
Solah tingkah saking Allah.
Sinuhun Benang anuli,
Ngandikani Wali samya,
Heh sanak manira kabeh,
Punika kekasih alam,
Yen mungguh ing manira,
Jenenge Roh semunipun,
Ing Roh-e Nabi Muhammad.
Ora beda ing Roh iki,
Yen sedya mutabangatan,
Tan beda ing panunggale,
Kadya paran karsandika,
Matur Wali sadaya,
Boten sanes kang winuwus,
Sampun atut sabda Tuwan.
Pundi kang ingaran Nabi,
Jenenge Roh ing semunya,
Mapan iku kekasihe,
Sadurunge jagad dadi,
Mapan jinaten tunggal,
Den dadekaken karuhun,
Kang minangka kanyatahan.
Sinuhun Majagung nenggih,
Amedhar ing pangawikan,
Ing karsa manira dene,
Iman Tokid lan Makripat,
Tan kocap ing akherat,
Mung padha samengko wujud,
Ing akherat ora ana.
Nyatane Kawula Gusti,
Iya kang muji kang nembah,
A0pan mangkono lakone,
Ing akherat ora ana,
Yen tan anaa Iman,
Tan weruh Jatining Ilmu,
Ora cukup dadi janma.
Jeng Sunan Ing Gunungjati,
Amedhar ing pangawikan,
Jenenge Makripat mengko,
Awase marang Pangeran,
Tan ana ingkang liyan,
Tan ana roro telu,
Allah pan amung kang Tunggal.
Jeng Sunan Kalijaga ngling,
Amedhar ing pangawikan,
Den waspada ing mengko,
Sampun ngangge kumalamar,
Den awas ing Pangeran,
Dadya paran awasipun,
Pangeran pan Ora Rupa.
Ora Arah Ora Warni,
Tan Ana ing Wujudira,
Tanpa Mangsa Tanpa Enggon,
Sejatine Ora Ana,
Lamun Ora Ana-a,
Dadi jagadipun suwung,
Ora Ana Wujudira.
Syeh Benthong samya melingi,
Amedhar ing tekadira,
Kang aran Allah Jatine,
Tan ana liyan Kawula,
Kang dadi kanyatahan,
Nyata ing Kawulanipun,
Kang minangka Katunggalan.
Kangjeng Molana Maghribi,
Amedhar ing pangawikan,
Kang aran Allah Jatine,
Wajibul Wujud kang ana,
Syeh Lemah Bang ngandika,
Aja-na kakehan semu,
IYA INGSUN IKI ALLAH.
NYATA INGSUN KANG SEJATI,
JEJULUK PRABHU SADMATA,
TAN ANA LIYAN JATINE,
INGKANG BANGSA ALLAH,
Molana Maghribi mojar,
Iku jisim aranipun,
Syeh Lemah Bang ngandika.
Kawula amedhar ilmi,
Angraosi Katunggalan,
Dede jisim sadangune,
Mapan jisim ora ana,
Dene kang kawicara,
Mapan Sejatining Ilmu,
Amiyak warana.
Lan malih sadaya ilmi,
Sampun wonten kumalamar,
Yekti tan ana bedane,
Salingsingan punapaa,
Dening sedya kawula,
Ngukuhi jenenging ilmu,
Sakabehe iku padha.
Kangjeng Syeh Maulana Maghribi,
Sarwi mesem angandika,
Inggih leres ing semune,
Puniku dede wicara,
Lamun ta kapyarsa-a,
Dening wong akathah saru,
Punika dede rerasan.
Tuwan ucapna pribadi,
Aja-na wong amiyarsa,
Anuksma ing lathi dhewe,
Puniku ujar kekeran,
Yen kena-a Tuwan,
Amalangi jenengipun,
Bok sampun kadi mangkana.
Nenggih Jeng Sunan Giri,
Amedhar ing pangawikan,
Pasthine Allah Jatine,
Jejuluk Prabhu Sadmata,
Sampun wancak wicara,
Tan ana pepadhanipun,
Anging Allah Ingkang Tunggal.
Ya ta sakathahing Wali,
Angestokaken sadaya,
Mapan sami ing kawruhe,
Amung sira Syeh Lemah Bang,
Tan kena pinalangan,
Cinegah Wali sadarum,
Tan owah ing tekade.
Angandika Syeh Siti Brit,
Pan sampun ujar manira,
Dennya nututi kepriye,
Dhasare ingkang amedhar,
Pamejange maring wang,
Puniku wuruking Guru,
Datan kenging ingowahan.
Ameksa tan kena gingsir,
Sinuwalan ing ngakathah,
Tan kena owah tekade,
Sampun ujar linakonan,
Pan wus jangjining Suksma,
Sunan Cirebon ngandika rum,
Sampun ta Tuwan mangkana.
Punika ujaring jangji,
Yekti binunuh ing kathah,
Nenggih sampun ing khususe,
Wong ingkang ngaku Allah,
Ngandika Syeh Lemah Bang,
Lah mara Tuwan den gupuh,
Sampun ngangge kalorehan.
Dhasar kawula labuhi,
Ngulati pati punapa,
Pan pati iku parenge,
Sarenge sih kawimbuhan,
Pan tansah kawisesa,
Kang teka jatining suwung,
Ana Kadim ana anyar.
Ngulati punapa malih,
Ora ana liyan-liyan,
Apan apes salawase,
Anging Allah Ingkang Tunggal,
Ya jisim iya Allah,
Taukhid tegese puniku,
Apan Tunggal Kajatennya.
Sakathahe Para Wali,
Pra samya mesem sadaya,
Miyarsa pamuwuse,
Kukuh tan kena ingampah,
Saya banjur micara,
Amiyak warananipun,
Ora ngangge sita-sita.
Angaku jeneng pribadi,
Andadra dadi rubeda,
Ngreribedi wekasane,
Nerang anerak syara’,
Rembuge andaliga,
Mawali Pra Wali Wolu,
Winalon kurang walaka.
Lajeng abubaran sami,
Kang Para Wali sadaya,
Kondur ing padalemane,
Mung Jeng Sunan Giri Gajah,
Kang kawogan anglunas,
Kang murang syara’-ing ngelmu,
Mumpung durung ngantos lama.
Jeng Sunan Giri nyagahi,
Ing sirnane Syeh Lemah Bang,
Yen sampun prapteng masane,
Adege Nata ing Demak,
Bedhahing Majalengka,
Sadaya samya jumurung,
Lajeng samya sasowangan.






































 Lanjut Bagian 4

Terjemahan

Syeh Lemah Bang menepati janji, Datang pada hari Jum’at, Tepat pada bulan Ramadlan, Bersamaan dengan tanggal lima, Kumpulnya Para Auliya’, Pada waktu malam hari, Telah disiapkan tempat yang sepatutnya.
Seluruh Para Wali, Hendak membahas masalah Ilmu Rahsa (Ilmu Sejati). Di Giri Gajah tempatnya,Bermusyawarah, Tentang pencapaian masing-masing, Akan kebenaran Hyang Agung ( Maha Agung ), Untuk saling dinyatakan kepada semua yang hadir.
Mereka yang tengah mendalami Ilmu (Sejati), Apabila tajam kesadarannya, Akan terang pemahamannya, Begitulah orang yang berguru mendalami Ilmu (Sejati), Menyibak pusat rasanya rasa, Menguliti segala perlambang dan simbolisme, Hanya dengan demikian intisari (esensi)nya bisa didapatkan.
Walaupun banyak wejangan ( berbagai metode dan konsep), Intisari (esensi)-nya pasti sama, Tinggal bagaimana kesadaran kita mampu menangkapnya, Setelah genap semua yang hadir, Kangjeng Sinuhun Benang, Yang memulai, Lantas Sinuhun Kalijaga.
Kemudian Sunan Cirebon (Sunan Gunungjati) dan adik beliau, Tengah membicarakan cara menghadapi Syeh Lemah Bang, Juga Sunan Majagung, Sinuhun Banten, Dipimpin oleh Sunan Giri Gajah, Hendak membahas Ilmu (Sejati), Mengungkapkan pencapaian masing-masing.
Jeng Sinuhun Ratu Giri, Memulai pembicaraan,Hai saudaraku semuanya,
Etika manusia yang telah mencapai Ma’rifat ( Pencapaian spiritual tertinggi ),Tidak pantas jika saling berebut benar, Maka dari itu mari satukan pendapat, Dan saling ingat mengingatkan.
Semua Wali harus menyatu, Jangan berbantahan sendiri-sendiri, Satukan pendapat kita, Tentang kebenaran Tuhan (yang telah kita capai masing-masing), Lantas Sinuhun Benang, Memulai pertama kali, Menyampaikan pencapaian spiritual beliau.
Menurut pendapatku, Tingkatan Iman ( Keyakinan ), Taukhid ( Ke-Esa-an), dan Ma’rifat ( Melihat Kebenaran Sejati ), Masih harus ditambah lagi satu tingkatan yaitu MENYADARI KESEMPURNAAN SEJATI, Apabila masih dalam tingkat Ma’rifat, Belumlah sempurna, Karena masih sekedar ‘MELIHAT’, belum ‘MENYADARI’. Sehingga masih mengira-ngira.
Sinuhun Benang meyakini benar, Kesempurnaan Ma’rifat, Kosong Hilang Penglihatan makhluk, Tiada lagi yang terlihat, Karena keadaan sang pelihat, Hanya ‘MELIHAT’ PANGERAN KANG AGUNG (TUHAN YANG AGUNG), (Tiada lagi terlihat lain, kecuali hanya) Yang Menyembah dan Yang Disembah.
Jelasnya maksudku (Sunan Benang) ini, Kesempurnaan Sejati, Adalah terliputi selamanya ( oleh Dzat-Nya ), Tiada lagi gerak (makhluk), Tiada lagi kehendak (makhluk), Buta tuli bisu kosong (kemakhlukan kita), Dan segala gerak dan kehendak hanya dari Allah.
Lantas Sinuhun Benang, Menanyakan kepada Para Wali, Wahai saudaraku semua, Inilah Kekasih Semesta, Yang ada didalam diri kita semua, Yaitu Ruh kita ini, Dan nama Ruh kita sebenarnya adalah Muhammad ( Yang Terpuji).
Tiada beda semua Ruh itu, Apabila diperbandingkan, Tak ada beda satu sama lainnya, Bagaimanakah pendapat saudaraku semua? Menjawab semua Wali, Sudah benar apa yang anda yakini, Kami semua sependapat.
Manakah sesunguhnya yang dinamakan Nabi Muhammad, Sesungguhnya adalah nama dari Ruh, Itulah Kekasih Allah, Sebelum semuanya tercipta, Berada dalam Jinaten Tunggal (Kesejatian Tunggal/ Jadi Satu dengan Allah), Lantas ditiupkan dahulu, Sebagai perwujudan Allah. ( Sunan Benang sebenarnya ingin menunjukkan bahwa Ruh manusia dan Allah adalah SATU. Tapi beliau tidak terang-terangan mengatakannya.)
Sinuhun Majagung kemudian, Menyampaikan pencapaian spiritual beliau,
Menurut pendapatku ( Sunan Majagung ), Iman ( Keyakinan ), Taukhid ( Ke-Esa-an ) dan Ma’rifat ( Pencapaian tertinggi spiritual), Tidak ada gunanya di akherat (kata akherat maksud Sunan Majagung adalah PUNCAK SPIRITUAL) nanti, Hanya dibutuhkan pada saat ini saja ( Termasuk konsep belaka), Di akherat tidak ada.
Wujud nyata Kawula ( Hamba ) dan Gusti ( Tuhan ) hanya ada didunia ini, Terlihat memuji dan menyembah, Padahal sesungguhnya, Di akherat tidak terlihat Dua ( maksudnya Kawula dan Gusti. Intinya Sunan Majagung hendak berkata Kawula dan Gusti itu SATU, tapi sama seperti Sunan Benang, beliau juga tidak terang-terangan), Apabila tidak mempunyai Iman ( Keyakinan ) tentang hal ini, Tidak akan tahu Kesejatian Ilmu, (Apabila tidak mengetahui Kesejatian Ilmu, maka ) tidak lengkap menjadi manusia.
Jeng Sunan Gunungjati, Menyampaikan pencapaian spiritual beliau, Sesungguhnya Ma’rifat itu, Penglihatannya hanya melihat Tuhan semata, (Apabila sudah mengetahui Tuhan, maka akan menyadari) Tidak ada yang lain lagi selain Dia, Tak ada yang kedua dan ketiga ( Sunan Gunungjati sebenarnya juga hendak mengatakan, TIDAK ADA LAGI KAWULA DAN GUSTI JIKA TELAH MENCAPAI MA’RIFAT, YANG ADA CUMA GUSTI. TIDAK ADA LAGI DUALITAS, ATAU TRINITAS LAGI. KAWULA DAN GUSTI ADALAH SATU. Karena KAWULA telah lebur kedalam GUSTI. INILAH TAUKHID. INILAH KE-ESA-AN. Tapi, beliau sama seperti Sunan Benang dan Sunan Majagung, tidak berani mengatakan terang-terangan). Hanya Allah Yang Maha Tunggal.
Sunan Kalijaga berbicara, Menyampaikan pencapaian spiritual beliau, Sadarlah senantiasa, Jangan sampai tergoyahkan, Senantiasa Menyadari Adanya Tuhan, Bagaimana cara menyadari-Nya? Bukankah Tuhan tidak ber-Wujud?
Tidak ber-Kedudukan disuatu tempat juga Tidak ber-Bentuk, Tidak ada Wujud-Nya, Tanpa Ruang dan Waktu, Sesungguhnya ALLAH TIDAK ADA, (Allah yang personil, yang berpribadi seperti yang dipahami orang awam) APABILA BEGITU, Sesungguhnya ALLAH ITULAH KEKOSONGAN ABADI, DIA TIDAK BERWUJUD. (Sunan Kalijaga tidak mau membicarakan tentang KESATUAN WUJUD (WAJIBUL WUJUD) seperti yang lain. Beliau hanya memberikan gambaran bahwasanya apa yang dinamakan Allah itu adalah KEKOSONGAN ABADI YANG MUTLAK, SUMBER SEGALANYA. Jadi, jika kita MENYATU LAGI DENGAN YANG MUTLAK itu, maka itu dimungkinkan. Sunan Kalijaga, tidak mau membahas tentang MANUNGGALING KAWULA GUSTI. Karena beliau sepaham dengan Syeh Siti Jenar.)
Syeh Benthong lantas berkata, Menyampaikan pencapaian spiritual beliau, Yang disebut Allah sesungguhnya, Tak lain adalah Kawula ( Hamba ) ini juga, Yang menjadi KENYATAAN WUJUD-NYA, Benar-benar nyata Ada-Nya terlihat pada Kawula-Nya, Karena Gusti (Tuhan) dan Kawula (Hamba) adalah Satu. ( Syeh Benthong lebih berani berbicara. Terlihat disini.)
Kangjeng Maulana Maghribi, Menyampaikan pencapaian spiritual beliau,
Yang disebut Allah sesungguhnya, WAJIBUL WUJUD (WUJUD YANG HARUS ADA). ( Syeh Maulana Maghribi, tidak mau berbicara dalam. Terlihat disini). Dan Syeh Lemah Bang kemudian berkata, Jangan berputar-putar, IYA INGSUN IKI ALLAH. (IYA AKU INI TUHAN).
Nyatalah AKU yang Sejati, Bergelar Prabhu Sadmata ( Raja bermata enam. Shiva adalah Avatara Brahman. Jika Shiva bermata tiga, maka Brahman bermata enam. Inilah maksud ‘jargon’ spiritual waktu itu). Tidak ada lagi yang lain, Apa yang disebut Allah itu. Maulana Maghribi berkata, Yang anda tunjuk itu adalah jasad, Syeh Lemah Bang menjawab.
Hamba membuka rahasia Ilmu Sejati, Membahas tentang Kesatuan Wujud, Tidak membahas Jasad (yang fana), Jasad sudah terlampaui, Yang saya ucapkan adalah Sejati-nya Ilmu, Membuka Segala Rahasia.
Dan lagi sesungguhnya semua Ilmu, Tidak ada yang berbeda, Sungguh tiada beda, Sedikitpun tidak, Menurut pendapat hamba, Meyakini bahwasanya Ilmu itu,Semuanya sama.
Kangjeng Syeh Maulana Maghribi, Sambil tersenyum berkata, Benarlah sesungguhnya apa yang kamu katakan, Akan tetapi itu bukan bahan pembicaraan, Apabila sampai terdengar, Oleh banyak orang sangat tabu,Hal itu bukan bahan percakapan.
Ucapkanlah sendiri, Jangan sampai terdengar oleh orang lain, Cukup terdengar oleh telinga sendiri, Hal itu adalah Sabda larangan, Apabila bisa, Saya menyarankan, Janganlah seperti itu.
Lantas Jeng Sinuhun Giri, Menyampaikan pencapaian spiritual beliau, Sudah pasti Allah itu sesungguhnya, Bergelar Prabhu Sadmata, Janganlah semua yang hadir disini sembrono dalam berbicara, Dia tidak ada bandingannya, Hanya Allah Yang Maha Tunggal.
Mendengar kata-kata Sunan Giri ( yang turun ketingkat syari’at), Seluruh Wali terdiam dan menta’ati, (Sunan Giri berkata kepada Syeh Lemah Bang), Hanya kamu wahai Syeh Lemah Bang, Tidak bisa dihalangi, Tidak bisa dicegah oleh semua Wali, Tetap tak berubah pendapat kamu.
Berkata Syeh Siti Brit, Sudah menjadi tekad hamba, Bagaimanapun juga,
Karena semua itu adalah wejangan, Diwejangkan kepada hamba, Oleh Guru hamba, Tidak bisa lagi dirubah.
Dipaksapun tidak bisa surut, Dibujuk oleh semua Para Wali, Tak pula berubah tekadnya, Sudah menjadi ucapan umum, Dan sudah menjadi hukum syariat, Demikian Sunan Cirebon ( Sunan Gunungjati) berkata,Janganlah tuan seperti itu.
Sudah ditentukan, Hukumnya adalah dibunuh (Qisas), Khusus bagi mereka, Yang mengaku Allah, Berkata Syeh Lemah Bang, Segeralah laksanakan, Jangan ditunda-tunda lagi.
Memang sudah saya niati, Mencari kematian yang bagaimana lagi, Sebab bersamaan dengan kematian, AKAN DATANG KASIH-NYA, YANG MELIPUTI AKU, DAN KEKOSONGAN YANG SEJATI AKAN DATANG PADAKU. Tidak perlu disesali sebab diriku ini memang terdiri dari YANG KEKAL (Ruh) dan YANG FANA (Nafs dan Jasad).
Mau mencari apa lagi? Tidak ada lagi pencapaian yang lebih sempurna (selain hal ini). Yang fana selamanya pasti akan kembali ke fana, Yang kekal akan kembali kepada Allah Yang Tunggal, Dan jasadku yang sesungguhnya adalah Ruh ini, Iya Ruh Iya Allah, Satu. Taukhid itu namanya, Satu kesatuan dalam Kesejatian.
Seluruh Para Wali, Tersenyum semuanya, Mendengar apa yang diucapan Syeh Siti Jenar, Kokoh tidak bisa digoyahkan, Sangat berani, Membuka segala rahasia, Dengan tidak segan-segan lagi.
Menyibak Kesejatian Diri-Nya, Keberaniannya membikin masalah, Menjungkir balikkan syara’ (Hukum), Kata-katanya sangat berani, Dicegah oleh semua Wali, Namun seolah-olah kurang juga yang mencegah beliau.
Lantas hendak bubar, Para Wali semua, Untuk pulang ketempat tinggalnya masing-masing, Dan Sunan Giri Gajah, Yang berhak memutuskan hukuman, Bagi yang menjungkir balikkan syara’, Mumpung belum terlalu lama.
Jeng Sunan Giri menyanggupi, Akan menjatuhkan hukuman mati bagi Syeh Siti Jenar, Apabila sudah sampai pada waktunya, Pelantikan Sultan Demak, Setelah berhasil merebut kekuasaan dari Majalengka ( Majapahit), Seluruh Wali menyetujui, Lantas pulang kekediaman masing-masing.
0 comments
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Laci Tua - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger